Senin, 17 Januari 2011

DESA & KOTA


1.      Pengaruh kondisi Geografi pada pembentukan Desa
Pengaruh Kondisi geografi pada pembentukan desa adalah letak suatu tempat yang tidak memungkinkan akan memperlambat pembentukan dan perkembangan suatu desa misalnya pada transportasi untuk berinteraksi dengan desa lain, dalam sektor untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2.      Pendekatan ekologis dalam pengembangan kota meliputi pendekatan yang menggunakan teori sebagai berikut :
a.       Teori Konsentrik
Teori konsentrik yang diciptakan oleh E.W. Burgess ini didasarkan pada pengamatanya di Chicago pada tahun 1925, E.W. Burgess menyatakan bahwa perkembangan suatu kota akan mengikuti pola lingkaran konsentrik, dimana suatu kota akan terdiri dari zona-zona yang konsentris dan masing-masing zona ini sekaligus mencerminkan tipe penggunaan lahan yang berbeda.
                            
Gambar 2.1 Teori Konsentrik Sumber: (Yunus 2000:15)0
Keterangan :
1) Daerah pusat bisnis atau The Central Bussiness District (CBD)
2) Daerah Transisi atau The Zone of Transition
3) Daerah pemukiman para pekerja atau The Zone of   Workkingmen’s homes
4) Daerah tempat tinggal golongan kelas menengah atau The Zone of Middle Class Develiers
5) Daerah para penglaju atau The Commuters Zone
Karakteristik masing-masing zona dapat diuraikan sebagai berikut:
·         Zona 1: Daerah Pusat Bisnis
Zona ini terdiri dari 2 bagian, yaitu: (1) Bagian paling inti disebut RBD (Retail Business District). Merupakan daerahpaling dekat dengan pusat kota. Di daerah ini terdapat toko, hotel, restoran, gedung, bioskop dan sebagainya. Bagian di luarnya disebut sebagai WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan yang diperuntukkan kegiatan ekonomi dalam jumlah yang lebih besar antara lain seperti pasar, pergudangan dan gedung penyimpan barang supaya tahan lebih lama.
·         Zona 2 : Daerah Transisi
Adalah daerah yang mengitari pusat bisnis dan merupakan daerah yang mengalami penurunan kualitas lingkungan pemukiman yang terus menerus. Daerah ini banyak dihuni oleh lapisan bawah atau mereka yang berpenghasilan rendah.
·         Zona 3 : Daerah pemukiman para pekerja
Zona ini banyak ditempati oleh perumahan pekerja-pekerja pabrik, industri. Kondisi pemukimanya sedikit lebih baik dibandingkan dengan daerh transisi. Para pekerja di sini berpenghasilan lumayan saja sehingga memungkinkan untuk hidup sedikit lebih baik.
·         Zona 4 : Daerah pemukiman yang lebih baik
Daerah ini dihuni oleh kelas menengah yang terdiri dari orang-orang yang profesional, pemilik usaha/bisnis kecil-kecilan, manajer, para pegawai dan lain sebagainya. Fasilitas pemukiman terencana dengan baik sehingga kenyamanan tempat tinggal dapat dirasakan pada zona ini.
·         Zona 5 : Daerah para penglaju
Merupakan daerah terluar dari suatu kota, di daerah ini bermunculan perkembangan permukiman baru yang berkualitas tinggi. Daerah ini pada siang hari boleh dikatakan kosong, karena orang-orangnya kebanyakan bekerja.
Ciri khas utama teori ini adalah adanya kecenderungan, dalam perkembangan tiap daerah dalam cenderung memperluas dan masuk daerah berikutnya (sebelah luarnya). Prosesnya mengikuti sebuah urutan-urutan yang dikenal sebagai rangkaian invasi (invasion succesion). Cepatnya proses ini tergantung pada laju pertumbuhan ekonomi kota dan perkembangan penduduk. Sedangkan di pihak lain, jika jumlah penduduk sebuah kota besar cenderung menurun, maka daerah disebelah luar cenderung tetap sama sedangkan daerah transisi menyusut kedalam daerah pusat bisnis. Penyusutan daerah pusat bisnis ini akan menciptakan daerah kumuh komersial dan perkampungan. Sedangkan interprestasi ekonomi dari teori konsentrik menekankan bahwa semakin dekat dengan pusat kota semakin mahal harga tanah.
b.      Teori Sektor
Teori ini dikemukakan oleh Humer Hyot (1939), menyatakan bahwa perkembangan kota terjadi mengarah melalui jalur-jalur sektor tertentu. Sebagian besar daerah kota terletak beberapa jalur-jalur sektor dengan taraf sewa tinggi, sebagian lainnya jalur-jalur dengan tarif sewa rendah yang terletak dari dekat pusat kearah pinggiran kota. Dalam perkembangannya daerah-daerah dengan taraf sewa tinggi bergerak keluar sepanjang sektor atau dua sektor tertentu (Spillane dan Wan, 1993:19).
Menurut Humer Hyot kecenderungan pendudk untuk bertempat tinggal adalah pada daerah-daerah yang dianggap nyaman dalam arti luas. Nyaman dapat diartikan dengan kemudahan-kemudahan terhada fasilitas, kondisi lingkungna baik alami maupun non alami yang bersih dari polusibaik fiskal maupun nonfiskal, prestise yang tinggi dan lain sebagainya.
 Gambar 2.2 Teori sektor ( Hammer Hyot ) Sumber: (Yunus,2000:26)
Keterangan :
1) Daerah Pusat Bisnis
2) Daerah Industri ringan dan perdagangan
3) Daerah pemukiman kelas rendah
4) Daerah pemukiman kelas menengah
5) Daerah pemukiman kelas tinggi
Secara garis besar zona yang ada dalam teori sektor dapat dijelaskan sebagai berikut :


·         Zona 1: Daerah Pusat Bisnis
Deskripsi anatomisnya sama dengan zona 1 dalam teori konsentris, merupakan pusat kota dan pusat bisnis.
·         Zona 2: Daerah Industri Kecil dan Perdagangan
Terdiri dari kegiatan pabrik ringan, terletak diujung  kota dan jauh dari kota menjari ke arah luar. Persebaran zona ini dipengaruhi oleh peranan jalur transportasi dan komunikasi yang berfungsi menghubungkan zona ini dengan pusat bisnis.
·         Zona 3: Daerah pemukiman kelas rendah
Dihuni oleh penduduk yang mempunyai kemampuan ekonomi lemah. Sebagian zona ini membentuk persebaran yang memanjang di mana biasanya sangat dipengaruhi oleh adanya rute transportasi dan komunikasi. Walaupun begitu faktor penentu langsung terhadap persebaran pada zona ini bukanlah jalur transportasi dan komunikasi melainkan keberadaan pabrik-pabrik dan industri-industri yang memberikan harapan banyaknya lapangan pekerjaan.
·         Zona 4: Daerah pemukiman kelas menengah
Kemapanan Ekonomi penghuni yang berasal dari zona 3 memungkinkanya tidak perlu lagi bertempat tinggal dekat dengan tempat kerja. Golongan ini dalam taraf kondisi kemampuan ekonomi yang menanjak dan semakin baik.
·         Zona 5: Daerah pemukiman kelas tinggi
Daerah ini dihuni penduduk dengan penghasilan yang tinggi. Kelompok ini disebut sebagai “status seekers”, yaitu orang-orang yang sangat kuat status ekonominya dan berusaha mencari pengakuan orang lain dalam hal ketinggian status sosialnya.
c.       Teori inti ganda
Dikemukakan oleh Harris dan Ulman, menurut pendapatnya kota-kota besar tumbuh sebagai suatu produk perkembangan dan integrasi terus-menerus dari pusat-pusat kegiatan yang terpisah satu sama lain dalam suatu sistem perkotaan dan proses pertumbuhannya ditandai oleh gejala spesialisasi dan diferensiasi ruang (Yunus, 2000:45).



Gambar 2.3 Model pusat kegiatan banyak menurut Haris-Ulman Sumber:
(yunus, 2000:47)
Keterangan:
1)      Daerah Pusat Bisnis
2) Daerah Industri ringan dan perdagangan
3) Daerah pemukiman kelas rendah
4) Daerah pemukiman kelas menengah
5)      Daerah pemukiman kelas tinggi
6)      Daerah industri berat
7)      Daerah bisnis
8)      Daerah tempat tinggal pinggiran
9)      Daerah industri di daerah pinggiran
Zone- zone keruangan berdasarkan keterangan di atas dapat dijelaskan sbagai berikut:
·         Zone 1: Daerah pusat bisnis
Zona pada teori ini sama dengan zona pada teori konsentris.
·         Zona 2: Daerah industri ringan dan perdagangan
Persebaran pada zona ini banyak mengelompok sepanjang jalur kereta api dan dekat dengan daerah pusat bisnis
·         Zona 3: Daerah pemukiman kelas rendah
Zona ini mencerminkan daerah yang kurang baik untuk pemukiman sehingga penghuninya umumnya dari golongan rendah.
·         Zona 4: Daerah pemukiman kelas menengah
Zone ini tergolong lebih baik daro zone 3, dikarenakan penduduk yang tinggal di sini mempunyai penghasilan yang lebih baik dari penduduk pada zoe 3.
·         Zona 5: Daerah pemukiman kelas tinggi
Zone ini mempunyai kondisi paling baik untuk permukiman dalam artian fisik maupun penyediaan fasilitas. Lokasinya relatif jauh dari pusat bisnis, namun untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya di dekatnya dibangun daerah bisnis baru yang fungsinya sama seperti daerah pusat bisnis.
·         Zona 6: Daerah industri berat
Merupakan daerah pabrik-pabrik besar yang  banyak mengalami berbagai permasalahan lingkungan seperti pencemaran , kebisingan, kesmrawutan  lalu lintas dan sebagainya. Namun zona ini juga banyak menjanjikan berbagai lapangan pekerjaan. Penduduk berpenghasilan rendah bertempat tinggal dekat zona ini.
·         Zona 7: Daerah bisnis lainnya
Zona ini muncul seiring munculnya daera pemukiman kelas tinggi yang lokasinya jauh dari daerah pusat bisnis, sehingga untuk memenuhi kebutuhan penduduk pada daerah ini maka diciptakan zona ini.
·         Zona 8: Daerah tempat tinggal di pinggiran
Penduduk di sini sebagian besar bekerja di pusat-pusat kota dan daerah ini hanyak husus digunakan untuk tempat tinggal.
·         Zona 9: Daerah industri di daerah pinggiran
Unsur transportasi menjadi prasyarat hidupnya  zona ini. Pada perkembangan selanjutnya dapat menciptakan pola-pola persebaran keruanganya sendiri dengan proses serupa.
3.      Desa yang  mampu menjadi daya tarik kuat dalam pemekaran fisik kota
a.       Merupkan desa yang bisa memenuhi kebutuhan pokok karena dengan demikian kota dapat berkembang dengan cepat misalnya : Padi, Jagung, Kedelai, Kacang tanah, Ubi Jalar, Ketela Pohon

b.      Jarak dari kota ke desa karena dengan jarak yang dekat dan transportasi yang memadai interaksi dari kota ke desa cukup mudah dan memakan biaya yang minim.

4.      Dalam interaksi kota dan desa Wilayah peralihan merupakan wilayah yang banyak menaggung beban.
a.       Dengan adanya interaksi dari kota ke desa jumlah migrasi bertambah dan kemacetan di wilayah peralihan bertambah tentu menyulitkan masyarakat desa untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
b.      Dengan adanya peralihan pada wilayah tersebut yang pertamanya lahan untuk pertanian luas akan menjadi sempit, mengalami penurunan kwalitas air (pencemaran air), pencemaran udara dan meningkatnya harga pajak.


Daftar Pustaka





METPEN


A.    Judul
Permasalahan Kemiskinan Di Kabupaten Malang
B.     Latar Belakang
Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah tindakan kekerasan dan kejahatan.
Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan, membuat banyak masyarakat Indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu ada.
Menurut Ritonga, pada dasarnya upaya penanggulangan kemiskinan sebenarnya sudah dilakukan sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempatUndang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi masalah yang berkepanjangan. (http://www.duniaesai.com/direktori/esai/37/114mengapa¬kemiskinan-di-indonesia-menjadi-masalah-berkelanjutan.htmldiakses pada tanggal 12/26/2010)
Sesuai data Pemprov Jawa Timur, Kabupaten Malang menduduki peringkat kedua yang mempunyai jumlah penduduk termiskin setelah Jember. Dari total jumlah penduduknya yang diatas 2,7 juta jiwa, jumlah warga miskin diwilayah ini mencapai 155.745 Kepala Keluarga. Keluarga miskin itu tersebar di 110 Desa. Wilayah goegrafisnya yang sangat luas, Kabupaten Malang mempunyai 378 Desa, 12 Kelurahan dan 33 Kecamatan. Dari 110 Desa yang dihuni rumah tangga sangat miskin itu, tergolong daerah tertinggal dan jauh dari sentra pembangunan dan pemerataan ekonomi. Sehingga, daerah itu nantinya, akan menjadi pantauan utama dalam mengentaskan kemiskinan yang sudah mengakar urat. Dengan predikat termiskin nomer dua, jelas ini adalah tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Malang kedepan. Menurut Rendra yang juga Calon Bupati Malang tersebut, predikat termiskin nomer dua setelah Kabupaten Jember, maka Pemkab Malang pada 2011 mendatang, mewajibkan kepada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk membuat program khusus atau program terpadu dalam menangani kemiskinan. Lebih dari itu, setiap SKPD nantinya, akan dilibatkan secara langsung untuk menangani desa tertinggal yang ada di pelosok-pelosok Kabupaten Malang. Program pengentasan kemiskinan dan desa tertinggal nanti, akan diawasi oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sedangkan guna menjalankan program terpadu itu sendiri, Pemkab Malang akan menyiapkan anggaran melalui APBD 2010. Masalahnya, untuk mengatasi kemiskinan itu sendiri, akan dianggarkan melalui APBD dan APBN. Ada tiga pilar yang akan di upayakan untuk mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Malang. Pertama, melakukan pembinaan sumber daya manusia, Kedua pembinaan lingkungan dan terakhir pembinaan usaha ekonomi produktif.
(http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6//2010-06-30/68227/Termiskin,_110_Desa_di_Kabupaten_Malang_Tertinggal  di Akses pada tanggal 26/12/2010)
Program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin) merupakan program Pemerintah Kabupaten Malang bekerja sama dengan Pemerintah Propinsi Jawa Timur dalam rangka menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Malang. Arah kebijakan program ini difokuskan pada upaya penurunan angka kemiskinan, pengurangan jumlah pengangguran, peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi RTM, pengurangan beban dan perbaikan mutu hidup kelompok miskin rentan dan penguatan kapasitas kelembagaan agar berfungsi dan berperan optimal dalam pengelolaan program penanggulangan kemiskinan
.(http://bpm.malangkab.go.id/newsdetail.php?id=12 Di Akses pada tanggal 12/26/2010)
C.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang  yang telah di ungkapkan maka rumusan masalah yang di angkat dalam penelitian ini sebagai berikut
1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam mensukseskan Gerdu   taskin
2. Bagaimana Proses Gerdu taskin di kabupaten malang  Kedepannya.
D. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam program gerdu taskin
2. Untuk mengetahui bagaimana Proses Gerdu taskin kedepannya 

E. Manfaat Penelitian
Setelah selesai penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi kami sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:
1. Penelitian ini bermamfaat bagi penulis untuk melatih dan mengembangkan kerangka berpikir ilmiah dan menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah, sekaligus untuk menambah bahan pengetahuan dan pemahaman tentang penanggulangn kemiskinan.
2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa umumnya mahasiswa pendidikan geografi universitas kanjuruhan malang

Daftar Pustaka
http://www.duniaesai.com/direktori/esai/37/114-mengapa¬kemiskinan-di-indonesia-menjadi-masalah-berkelanjutan.html
http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6//2010-06-30/68227/Termiskin,_110_Desa_di_Kabupaten_Malang_Tertingga
http://bpm.malangkab.go.id/newsdetail.php?id=12

PERTANIAN


TUGAS UAS
GEOGRAFI PERTANIAN
Dosen pengampu : Onik Farida S. Pt., S. Pd



Disusun oleh:
Holilih    (080401050036 Geo/A)




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
PENDIDIKAN GEOGRAFI
2010­­­­­­/2011
Geografi Pertanian mempelajari mengenai konsep dan lingkungan geografi pertanian, klasifikasi sistem pertanian, faktor produksi pertanian dan karakteristik sistem pertanian, studi perkembangan pertanian, pembangunan pertanian dan penelitian sistem pertanian.
Terdapat Beberapa definisi :
1.      Ahli geografi tidak memandang Geografi Pertanian sebagai satu bagian besar dalam geografi, tetapi mereka mengkelaskan Geografi Pertanian adalah sebagai bagian dari pada Geografi Ekonomi.
2.      Kebanyakan ahli geografi menerima Geografi Pertanian sebagai bagian dari pada Geografi Manusia.
3.      Geografi Pertanian adalah lebih sesuai dipanggil dengan geografi "pembiak-baik" manusia terhadap tanah (man's husbandary of lands), yaitu aktivitas memanfaatkan tanaman dan ternakan untuk kegunaan sendiri atau untuk faedah ekonomi.

1.      Bentuk-Bentuk Pertanian Di Indonesia
1. Sawah
Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut.
2. Tegalan
Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian.



3. Pekarangan
Perkarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan / digunakan untuk ditanami tanaman pertanian.
4. Ladang Berpindah
Ladang berpindah adalah suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di banyak lahan hasil pembukaan hutan atau semak di mana setelah beberapa kali panen / ditanami, maka tanah sudah tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain yang subur atau lahan yang sudah lama tidak digarap.
Beberapa Hasil-Hasil Pertanian Di Indonesia :
a.       Pertanian Tanaman pangan
- Padi                     - Jagung
- Kedelai               - Kacang tanah
- Ubi Jalar              - Ketela Pohon
b. Pertanian Tanaman Perdagangan
    -  Kopi                     - Teh
    - Kelapa                   - Karet
    - Kina                      - Cengkeh
    - Kapas                    - Tembakau
    - Kelapa Sawit        - Tebu

2.      Lahan Berbukit
daerah berbukit-bukit dengan mayoritas jenis tanahnya berupa latosol atau tanah lempung tanah yang memiliki beberapa jenis warna. Ada yang berwarna merah, cokelat kemerahan, cokelat kekuningan atau kuning. Tanah ini cukup subur sehingga cocok untuk pertanian dan perkebunan. Persebarannya hampir di seluruh Indonesia, kecuali Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.tanah latosol atau tanah lempung memiliki kedalaman tanah yang minim (rata-rata < 50 cm). Kondisi tersebut ditambah dengan bentuk topografi yang berbukit menyebabkan kemampuan lahan untuk pertanian sangat sedikit dan lahan sangat rawan terhadap ancaman proses erosi tanah. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan konservasi tanah untuk mempertahankan keberadaan tanah di daerah karst. Salah satu cara yang telah dilakukan oleh masyarakat selama ini adalah dengan membuat bangunan terasering di lahan-lahan pertanian. Sistem terasering ini dilakukan dengan mengumpulkan batu-batu kapur yang kemudian disusun rapi sejajar kontur. Harapan dari sistem ini adalah tanah yang terdapat di permukaan batuan karst pada waktu musim hujan tidak hilang oleh proses erosi, akan tetapi tanah tersebut dapat tertahan oleh bangunan-bangunan terasering dan lama kelamaan lapisan tanah akan terus bertambah sehingga ketebalan tanah meningkat. Maka untuk mempertahankan tanah di lahan pertanian selain dengan menerapkan sistem terasering, masyarakat juga melakukan penanaman tanaman keras di tepi lahan pertanian untuk menahan tanah melalui sistem perakaran tanamannya. Tanaman keras yang banyak di pilih oleh masyarakat adalah jenis Jati (Tectona grandis) karena memiliki perakaran dangkal yang sesuai dengan ketebalan tanah, juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dari kayu yang dihasilkan.

Daftar Pustaka